Indonesia sudah dikenal sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia. Di tahun 2020 Indonesia masuk ke urutan ke 3 negara penghasil kopi terbesar di dunia. Menurut data International Coffee Organization (ICO), Indonesia menjadi negara dengan konsumsi kopi terbesar kelima di dunia pada 2020/2021.
Rasa khas kopi asli Indonesia memang tidak bisa ditemukan di jenis kopi lain. Kopi khas Indonesia ini tersebar dari Sabang sampai Merauke dan setiap daerah memiliki cita rasa unik tersendiri. Dari ribuan jenis kopi asli Indonesia, tujuh jenis kopi asli ini berhasil menarik hati banyak pecinta kopi. Yuk, kenalan dengan 7 jenis kopi asli Indonesia ini!
Baca juga : Sejarah Kopi
1. Kopi Sumatera
Kopi Sumatera adalah salah satu kopi paling terkenal di dunia. Kopi Sumatera yang paling terkenal berasal dari Sumatera Utara dengan kopi Sidikalang, Lintong dan Mandheling. Kopi Sumatera memiliki cita rasa yang berat. Bisa dikatakan paling berat dan kompleks di antara jenis-jenis kopi yang ada di dunia. Beberapa ahli kopi mengatakan kopi Sumatera memiliki cita rasa unik karena dengan karakteristik dengan aroma rempah dan juga earthy. Kopi Sumatera memiliki tekstur halus dan berbau tajam. Inilah yang menyebabkan kopi Sumatera menjadi salah satu kopi paling laris. Kopi Suamtera diproses dalam dua cara yaitu proses semi-washed dan dry-processed. Ditanam di ketinggian dan kontur tanah ideal menjadikan kopi Sumatera berkualitas terbaik bahkan di mata Internasional.
2.Kopi Sulawesi
Tana Toraja adalah daerah yang diberkahi tanah tempat kopi tumbuh subur dengan kualitas yang tak kalah baik dari kopi dari daerah lain. Rasa yang kuat dan kadar asam yang tinggi menjadikan kopi Toraja diminati pasar yang memang menyukai kopi dengan keasaman tinggi. Meskipun sering disebut-sebut bercita rasa mirip dengan kopi Sumatera, tapi kopi Toraja memiliki ciri sendiri yang tentunya berbeda. Kopi Toraja memiliki bentuk biji yang lebih kecil dan lebih mengkilap dan licin pada kulit bijinya. Meskipun memiliki cita rasa asam, kopi Toraja memilki aroma earthy yang khas. Dan menurut ahli kopi aroma itulah yang menjadikan kopi Toraja berbeda dengan karakteristik yang unik pula.
3.Kopi Aceh Gayo
Siapa yang tidak kenal dengan kopi Aceh Gayo yang sudah tersohor kenikmatannya? Kopi yang berasal dari daerah Tanah Gayo Aceh Tengah ini menjadi salah satu jenis kopi yang paling banyak dikonsumsi masyarakat maupun yang diekspor ke luar negeri. Kopi Gayo memiliki ciri unik dengan kekhasan aroma yang berbeda dengan kopi-kopi lain di Indonesia. Kopi Gayo menghasilkan sebagian besar jenis kopi Arabika terbaik. Cita rasa kopi Gayo sendiri terasa lebih pahit dengan tingkat keasaman rendah. Aromanya yang sangat tajam menjadikan jenis kopi ini disukai. Tak heran kopi ini menjadi penghasil kopi terbesar di Asia. Meskipun rasanya pahit, kopi Gayo memberi aroma gurih pada setiap tegukan.
4.Kopi Bali Kintamani
Kopi yang berasal dari daerah Kintamani Bali nan sejuk ini memang memiliki keunikan cita rasa yang berbeda dari kopi di daerah lain di nusantara. Kopi Bali Kintamani memiliki cita rasa buah-buahan yang asam dan segar. Hal tersebut terjadi dikarenakan tanaman kopi di Bali Kintamani ditanam bersamaan dengan tanaman lain seperti aneka sayuran dan buah jeruk. Kopi jenis ini menggunakan sistem ‘tumpang sari’ bersama dengan jenis tanaman lain. Itu kenapa biji kopinya meresap rasa buah-buahan seperti jeruk. Selain memiliki cita rasa ‘buah’, kopi Bali Kintamani memiliki cita rasa yang lembut dan tidak berat. Keunikanya tersebut di dapat dari letak geografisnya yang unik juga. Bagi kamu yang menyukai cita rasa kopi berbeda, kopi Bali Kintamani bisa menjadi pilihan yang tepat.
5.Kopi Papua Wamena
Kopi yang berasal dari wilayah Timur Indonesia ini tumbuh pada ketinggian 1.500 m dengan suhu 20 derajat. Menjadikannya kopi dengan cita rasa ringan dan memiliki keharuman tajam yang nikmat. Kopi Papua Wamena memiliki tingkat keasaman yang rendah, mungkin dikarenakan letak geografisnya dan juga struktur tanah tempat kopi ini bertumbuh. Yang membuat kopi ini berkualitas tinggi adalah para petani menanam kopi ini secara organik karena tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang tentu bisa memengaruhi kopi yang akan dihasilkan. Untuk kamu yang menyukai kopi dengan rasa ringan dan lembut, aroma tajam yang nikmat serta tekstur yang nyaris tanpa ampas, kopi Papua Wamena adalah pilihan yang tak mungkin salah.
6.Kopi Flores Bajawa
Flores terkenal dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, siapa sangka daerah ini ternyata juga menghasilkan kopi yang tak kalah nikmatnya. Kopi Flores Bajawa adalah kopi yang berasal dari Kabupaten Ngada. Kopi ini tumbuh di dataran Flores yang subur meskipun di kelilingi oleh pegunungan yang masih aktif maupun tidak. Tanah tempat kopi ini dihasilkan ternyata mengandung andosols subur dari abu gunung berapi yang ternyata sangat baik untuk menanam kopi. Dan jadilah kopi Flores Bajawa yang nikmatnya tak kalah dengan kopi nusantara lainnya. Kopi Flores Bajawa biasanya melalui proses giling basah. Kopi ini memiliki sedikit aroma fruity dan sedikit bau tembakau pada after taste-nya. Sebuah keunikan yang mungkin tak didapatkan dari biji kopi yang berasal dari daerah lain.
7.Kopi Jawa
Kopi yang berasal dari Pulau Jawa ini ternyata memiliki keunikan cita rasa sendiri. Aroma rempah yang lahir secara alami menjadikan kopi jenis ini dinikmati karena memiliki karakteristik yang berbeda. Meskipun kopi Jawa tidak sekuat kopi Sumatera dan Sulawesi dari segi cita rasa dan aroma, tetapi dia tetap memiliki penikmat sendiri karena aroma tipis rempah yang dihasikan. Menjadikan pengalaman minum kopi terasa lebih unik dan berbeda. Sebagian besar kopi Jawa melalui proses giling basah. Itu jugalah yang membuat cita rasanya tidak terlalu kuat. Meski begitu kopi Jawa tetap diminati karena menurut beberapa ahli, tidak semua kopi nusantara mampu menghasikan kopi yang beraroma ‘rempah’.
Saat ini, sebagian besar tanaman kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah kopi robusta (90%) dan sisanya kopi arabika. Penanaman kopi di Indonesia dimulai tahun 1696 dengan menggunakan jenis kopi arabika. Namun, penanaman jenis kopi ini kurang berhasil. Tahun 1699 pemerintah Hindia Belanda mendatangkan lagi kopi arabika, kemudian berkembang dengan baik di pulau Jawa. Kopi arabika yang dikenal sebagai kopi jawa (java coffee) tersebut memiliki kualitas yang sangat baik dan merupakan komoditas ekspor penting selama lebih dari 100 tahun.
Sejak tahun 1878 timbul penyakit karat daun pada tanaman kopi yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix B et Br. Penyakit tersebut mengakibatkan kerusakan dan kematian tanaman serta kerugian hasil yang sangat besar. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengendalikan penyakit tersebut saat itu. Namun, tidak ada yang berhasil secara memuaskan. Oleh karena itu, sejak tahun 1900 dikembangkan kopi robusta untuk menggantikan kopi arabika sebagai bahan tanam yang tahan terhadap penyakit karat daun. Dengan demikian, terjadi perubahan dominasi jenis tanaman kopi yang dibudidayakan, dari jenis kopi arabika menjadi jenis kopi robusta. Kopi arabika yang tersisa umumnya hanya ditanam di dataran tinggi (>1.000 Mdpl). Hal ini disebabkan oleh kurangnya intensifnya tingkat serangan jamur H. vastatrix pada elevasi 1.000 Mdpl atau lebih. Tanaman kopi kopi arabika masih mampu bertahan dan berproduksi cukup baik di daerah dengan ketinggian tersebut. Berbeda dengan kopi robusta, kopi robusta umumnya dibudidayakan di lahan dengan elevasi 0 – 1.000 Mdpl.
Adapun hal lain yang mendorong masuknya kopi robusta ke Indonesia adalah pembelian benih robusta oleh perusahaan perkebunan yang bernama “Cultuur Mij. Soember Agoeng” tahun 1900 dari I’Horticule Coloniale yang berkedudukan di Brussel. Benih benih untuk menghasilkan bibit tersebut didatangkan dari Kongo Belgia (sekarang Zaire) yang terletak di Afrika Barat. Tepat pada tanggal 10 September 1900 bibit bibit kopi robusta diterima di kebun Soember Agoeng. Perusahaan perkebunan tersebut berkantor di kota s’Gravenhage di Belanda dan mengelola perkebunan Soember Agoeng, Wringin Anom, dan Kali Bakar yang berlokasi di daerah Dampit, sekitar 40km dari kota Malang arah tenggara.
Upaya memasukkan kopi robusta ke Indonesia juga dilakukan oleh gabungan pengusaha perkebunan di wilayah Kediri (“Kedirische Landbouw Vereniging“) pada tahun 1901. Selain itu, Pemerintah Hindia Belanda pada tahun tersebut juga memasukkan kopi robusta ke Kebun Percobaan milik Pemerintah Hindia Belanda (Goverment Proeftuin) di Bangelan dekat Malang untuk keperluan penelitian.